Selasa, 19 April 2011

Dy.....
emang susah ya klo' mengharap pada sesama.
hari ini aq kecewa
kenapa sich permintaanku kaya'nya susah...... banget dipenuhi...........

Rabu, 26 Januari 2011


oleh: Yesi U Johan
Hubungan Bilingualisme dengan Diglosia
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada asumsi yang mengatakan bahwa bahasa-bahasa adalah objek, yang secara ideal diantara objek-objek itu terdapat batas-batas yang jelas. Ini berimplikasi bahwa setiap ucapan dapat dikategorikan pada satu bahasa tertentu. Item-item yang jelas ‘termasuk bahasa lain’ dapat diakomodasikan – menurut pendapat ini – dengan istilah ‘bentuk pinjaman’ atau ‘terselip’ melalui interfensi. Asumsi tersebut tidak dapat dipakai lagi, sebab tidak mampu membahas bentuk-bentuk pengalihan antara bahasa-bahasa, sebagai satu gejala umum dalam masyarakat bilingual. Dan implikasinya adalah bahwa tingkah semacam itu membentuk gangguan yang yang mengurangi efesiensi tindak komunikatif dimana pengalihan itu terjadi. Hal yang sebaliknya juga banyak terbukti; bahwa percampuran bahasa itu sebenarnya memberikan fasilitas untuk itu biarpun jauh dari pengertian pembentukan komunikasi bagi para bilingual dengan repertoire-repertoire yang lebih sulit.

Masyarakat tutur yang tertutup, yang tidak tersentuh oleh masyarakat tutur lain, entah karena letaknya jauh terpencil atau karena sengaja tidak mau berhubungan dengan masyarakat tutur lain, maka masyarakat tutur itu akan tetap menjadi masyarakat tutur yang statis dan tetap menjadi masyarakat yang monolingual. Sebaliknya, masyarakat tutur yang inklusif, dalam arti ia memiliki hubungan dengan masyarakat lain, tentu akan mengalami apa yang disebut kontak bahasa dengan segala peristiwa-peristiwa kebahasaan sebagai akibatnya. Peristiw-peristiwa tersebut yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa itu adalah apa yang didalam sosiolinguistik disebiut bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi, konfergensi dan pergeseran bahasa.

Dari pengalaman hidup di Indonesia, kita tahu bahwa di banyak Negara, bahkan banyak daerah dan kota, terdapat orang-orang yang memakai bahasa yang berlainan. Bisa juga terdapat orang-orang yang memakai lebuh dari satu bahasa, umpmanya bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Suatu daerah atau masyarakat di mana terdapat dua bahasa disebut daerah atau masyarakat yang berdwibahasa atau bilingual.
Berpijak dari kerangka dasar di atas, maka dalam makalah ini dibahas tentang bilingualisme dan diglosia serta hubungan antara keduanya. Adapun tentang term-term lain yang berkenaan dengan sosiolimguistik akan diterangkan pada makalah lainnya.

B. Rumusan masalah
Dengan latar belakan di atas maka makalah ini dapat dirumruskan sebagai berikut :
a.Apakah pengertian bilingualisme itu?
b.Apakah pengertian diglosia itu?
c.Dan bagaimanakah hubungan antara keduanya?


BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Bilingualisme (Tsunaiyah al-Lughah)
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud bilingualisme itu, yakni berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Dalam perspektif sosiolinguistik, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalalm pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama adalah bahasa ibu atau bahasa pertamanya (disingkat B1) dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2).

Orang yang bisa menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual –dalam bahasa Indonesia disebut dwibahasawan. Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas—dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan.
Bilingualisme dan Bilingualitas.

Jika kita perhatikan hubungan logika antara bilingualisme dan bilingualitas, maka akan dapat dimengerti bahwa tidak semua yang memiliki “bilingulitas” akan mempraktikkan “bilingualisme” dalam kehidupan sehari-harinya, sebab hal ini tergantung pada situasi kebahasaan di lingkungannya. Namun, dapat pula kita pahami bahwa seseorang tidak akan dapat mempraktikkan “bilingualisme” tanpa memiliki “bilingualitas”. Singkatnya, bilingualisme brimplikasi pada bilingualitas.

B.Diglosia (Lughah al-Mudzawijah)
Istilah diglosia ini pertama kali digunakan dalam bahasa Perancis diglossie yang diserap dari bahasa Yunani διγλωσσία, ‘dwibahasa’) oleh bahasawan Yunani Ioannis Psycharis. Ahli bahasa Arab William Marçais lalu juga menggunakannya pada tahun 1930 untuk menuliskan situasi bahasa di dunia Arab.

Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud ialah bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dan tidak resmi atau non-formal. Contohnya misalkan di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan bahasa lisan.

Akan tetapi, istilah diglosia tersebut menjadi terkenal dalam studi linguistik setelah digunakan oleh C.A. Ferguson, seorang sarjana dari Stanford University pada tahun 1958 dalam sebuah symposium tentang “Urbanisasi dan Bahasa-bahasa Standar” yang diselenggarakan oleh American Antropological Association di Washington DC.
Ferguson mengunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing punya peranan tertentu. Ferguson membahas diglosia ini dengan mengemukakan sembilan topic, yaitu fungsi, prestise, warisan sastra, pemerolehan, standarisasi, stabilitas, gramatika, leksikon, dan fonologi.

Fungsi merupakan kriteria diglosia yang sangat penting. Menurutnya, dalam masyarakat diglosis terdapat dua variasi dari satu bahasa. Variasi pertama disebut dialek tinggi (disingkat dialek T), dan yang kedua disebut dialek rendah (disingkat dialek R). dalam bahasa Arab dialek T-nya adalah bahasa arab klasik, bahasa al-Qur’an yang disebut al-Fusha. Dialek R-nya adalah berbagai bentuk bahasa Arab yang digunakn oleh bangsa Arab yang lazim disebut ad-Darij.

Pristise. Dalam masyarakat diglosis para penutur biasanya menganggap bahwa dialek T lebih bergengsi, lebih superior, lebih terpandang dan merupakan bahasa yang logis. Sedangkan dialek R dianggap inferior, malah ada yang menolak keberadaannya.
Pemerolehan dialek T diperoleh dengan mempelajarinya dalam pendidikan formal, sedangkan dialek atau ragam R diperoleh dari pergaulan dengan keluarga dan teman-teman. Dan karena ragam T dipandang sebagai ragam yang bergengsi, maka tidak mengherankan kalau standarisasi dilakukan terhadap ragam T tersebt melalui kodifikasi formal. Kamus, tata bahasa, petunjuk lafal, dan buku-buku kaidah untuk penggunaan yang benar ditulis untuk ragam T. Stabilitas dalam masyarakat diglosis biasanya telah berlangsung lama dimana ada sebuah variasi bahasa yang dipertahankan eksistensinya dalam masnyarakat itu.

C.Hubungan Bilingualisme dengan Diglosia
Ketika diglosia diartikan sebagai adanya pembedaan fungsi atas penggunaan bahasa dan bilingualisme sebagai adanya penggunaan dua bahasa secara bergantian dalam masyarakat, maka Fishman menggambarkan hubungan diglosia sebagai berikut:

a.Bilingualisme dan diglosia
Di dalam masyarakat yang dikarekterisasikan sebagai masyarakat yang bilingualisme dan diglosia, hamper setiap orang mengetahui ragam atau bahasa T dan ragam atau bahasa R. kedua ragam atau bahasa itu akan digunakan menrurut fungsinya masing-masing, yang tidak dapat dipertukarkan.

b.Bilingaulisme tanpa diglosia
Dalam masyarakat yang bilingualis tetapi tidak diglosis tetdapat sejumlah individu yang bilingual, namun mereka tidak membatasi penggunaan bahasa untuk satu situasi dan bahasa yang lain untuk situasi yang lain pula. Jadi, mereka dapat menggunakan bahasa yang manapun untuk situasi dan tujuan apapun.

c.Diglosia tanpa bilingualisme
Di dalam masyarakat yang beriri diglosia tapi tanpa bilingualismre terdapat dua kelompok penutur. Kelompok pertama yang biasanya lebih keil, merupakan kelompok ruling group yang hanya biara dalam bahasa T. sedangkan kelompom kedua yang biasanya lebih besar, tidak memiliki kekuasaan dalam masyarakat, hanya berbiara bahasa R. siatasi diglosia tanpa bilingualisme banyak kita jumpai di Eropa sebelum perang dunia pertama.

d.Tidak bilingualisme dan tidak diglosia
Masyarakat yang tidak diglosia dan tidak bilingual tentunya hanya ada satu bahasa dan tanpa variasi serta dapat digunakan untuk segala tujuan. Keadaan in hanya mugnkin ada dalam masyarakat primitive atau terpencil, yang dewasa ini tentunya sukar ditemukan. Masyarakat yang tidak diglosia dan bilingual ini akan mencair apabila telah bersentuhan dengan masyarakat lain.


BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa poin, yaitu :
1.Billingualisme adalah akibat dari penggunaan lebih dari satu kode oleh seseorang individu atau masyarakat.
2.Diglosia adalah merupakan akibat dari valuasi perbedaan fungsional. Bilingulisme dan diglosia dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam suatu komunitas ujar.
3.Hubungan antara keduanya amatlah tergantung dari aspek dan bagaimana kita memandangnya.

Kamis, 13 Januari 2011

kecantikan

Ketika luluran di rumah jadi pilihan, akan lebih baik lagi bila Anda membuat sendiri lulur tersebut. Bahan-bahannya alami, sehingga hasilnya lebih aman untuk kulit Anda. Kalau Anda ingin membuat lulur sendiri, berikut ini pilihan bahan dan manfaatnya.
1. Kunyit
Bermanfaat sebagai antioksidan, antiseptik, antibakteri, antijamur dan antialergi. Menghilangkan gatal-gatal di kulit, serta berfungsi sebagai stimulan hingga peredaran darah lancar.
2. Kencur
Untuk menghaluskan kulit, merawat jaringan kulit yang teriritasi, sebagai antiseptik, menyingkirkan bau badan, dan membantu menghilangkan rasa lelah.
3. Kopi
Sebagai pembuang racun (detoks). Menghilangkan bekas luka/gigitan nyamuk, melancarkan peredaran darah, memperbaiki metabolisme kulit sehingga kulit menjadi lebih sehat dan kuat.
4. Teh hijau
Sebagai antioksidan.
5. Cokelat
Sebagai zat antipenuaan dini karena cokelat mengandung antioksidan yang mampu melawan sel-sel rusak.
6. Susu
Memutihkan, melembutkan, meremajakan, dan mempercepat regenerasi jaringan kulit.
Cara membuat:
1. Campurkan tepung beras, kunyit, kencur, minyak esensial. Tumbuk atau blender hingga tercampur rata menyerupai pasta.
2. Teh hijau dan rempah-rempah lain bisa digunakan dengan cara dicampur tepung beras seperti langkah di atas.
3. Kopi bisa digunakan dengan dicampur adas.
4. Susu bisa digunakan begitu saja, atau untuk mandi susu.













Rambut adalah mahkota perempuan. Sayangnya, banyak perempuan memiliki mahkota yang kusam dan tidak terawat. Anda mungkin sudah mencoba berbagai shampo dan kondisioner namun hasilnya tetap tidak memuaskan. Sudah saatnya anda mencoba upaya menyehatkan rambut dari dalam melalui makanan.
Makanan yang kaya akan zat gizi bila masuk ke dalam tubuh sangat mempengaruhi serta menghasilkan kesehatan tubuh dan rambut yang sehat. Zat besi diperlukan untuk mengangkut oksigen yang cukup ke rambut anda. Tanpa cukup besi, rambut dan kantung-kantung rambut terpaksa kekurangan oksigen. Makanan yang kaya akan zat besi adalah daging merah, sayuran berdaun gelap atau tumbuhan polong-polongan.
Zinc (seng) sangat penting untuk mencegah rambut rontok dan membangun protein rambut yang terdapat dalam makanan seperti daging dan seafood yang mengandung kadar seng sangat tinggi.
Tembaga juga dibutuhkan dalam pigmentasi rambut sehingga rambut anda akan berwarna alami. Makanan yang kaya tembaga adalah kerang-kerangan, hati, sayuran segar, kacang-kacangan dan daging.
Krim retin-A, jenis turunan vitamin A, diresepkan oleh beberapa dermatologis untuk perawatan rambut rontok. Vitamin A banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayuran seperti wortel dan cantaloupe (semacam semangka).
Protein berfungsi untuk membangun blok rambut agar lebih sehat dan dapat ditemukan dalam daging dan seafood.
Hair Nutrient Vitamin B dan C keduanya sangat penting untuk sirkulasi darah agar dapat berjalan lancar sehingga rambut menjadi kuat. Setiap helai rambut menjadi lemas, tidak patah-patah dan warna rambut pun tidak kusam. Vitamin C adalah sebuah antioksidan yang manjur yang dianjurkan dikonsumsi karena kemampuannya untuk meremajakan dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Mengkonsumsi vitamin C dan B untuk memperlancar sirkulasi darah yang diperlukan dalam pertumbuhan rambut sehat. Buah citrus seperti jeruk, lemon, strawberi biasanya kaya dengan vitamin C dan sama baiknya dengan sayuran berdaun gelap.
Vitamin E merupakan antioksidan yang diketahui kemampuannya untuk menghasilkan kulit sehat dan memperbaiki jaringan. Vitamin E juga diperuntukkan untuk menghasilkan jaringan kulit yang kondusif untuk pertumbuhan rambut. Makanan kaya vitamin E adalah minyak sayur kacang-kacangan, dan hati.
Yodium zat gizi yang esensial untuk mengoptimalkan aktivitas tiroid. Ketidakcukupan yodium dalam tubuh anda dapat mempengaruhi aktivitas tiroid sehingga merusak pertumbuhan rambut anda.
Asam lemak esensial seperti Omega 3 yang dapat ditemukan pada ikan salmon dan tuna juga baik untuk rambut. Jangan lupakan air yang memberikan kontribusi seperempat dari berat sehelai rambut. Sebaiknya pastikan bahwa rambut anda mendapatkan asupan cairan yang cukup.
Selain perawatan rambut yang datang dari makanan, anda juga dapat menambah vitamin untuk permukaan’ rambut dengan menggunakan shampo bervitamin yang banyak dijual secara komersial.
Perawatan dari luar dan dalam sangat penting untuk kecantikan rambut anda. Selamat Mencoba.


VIVAnews - Ingin memiliki anak perempuan? Peneliti dari Universitas Maastricht, Belanda, menemukan bahwa mengombinasinasikan pilihan nutrisi dan waktu bercinta adalah kunci bagi mereka merencanakan kehamilan anak perempuan.
Cobalah konsumsi makanan mengandung kalsium tinggi seperti yogurt, keju blok, salmon, bayam, tahu, almond, oatmeal, brokoli, dan jeruk. Juga makanan mengandung magnesium tinggi seperti kacang mede, sereal gandum, buah ara, dan kacang-kacangan lainnya.
Sementara makanan yang sebaiknya dihindari adalah yang mengandung kadar sodium dan potasium tinggi seperti pisang, teri, zaitun, salmon asap, udang, nasi gurih, kentang, daging olahan, roti, dan kue-kue.
Mengatur asupan nutrisi saja tak cukup. Pasangan yang tengah merencanakan kehamilan anak perempuan juga dianjurkan melakukan hubungan seksual secara reguler, tapi bukan benar-benar sebelum dan setelah ovulasi.
Penelitian dilakukan melalui studi terhadap 172 wanita Eropa Barat usia 23-42 tahun. Semua wanita ini sebelumnya telah memiliki anak laki-laki, dan tengah menginginkan anak perempuan.
Seluruh partisipan kemudian diminta melakukan diet sesuai yang disarankan. Memperbanyak makanan mengandung kalsium dan magnesium, serta mengurangi asupan sodium dan potasium. Mereka juga diminta melakukan hubungan seksual sesuai anjuran.
Banyak partisipan yang gagal menjalani diet ketat itu. Namun, dari 21 wanita yang bertahan dengan diet, 16 di antaranya sukses mengandung janin perempuan. "Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua metode diet dan waktu bercinta meningkatkan probabilitas memiliki anak perempuan," kata para peneliti, seperti dikutip dari Daily Mail.(pet)